Rabu, 24 Desember 2008

Kepiting dan Kotoran

Pernah makan kepiting dengan saus tiram? Enak? Bagi penikmat makanan ini, tentunya harus berhati-hati jika tidak ingin kolesterolnya naik 10 strip. Tapi ada yang jauh lebih menarik soal binatang yang satu ini. Apakah itu? Kepiting jalannya menyamping ! Ini adalah perilaku jalan yang tidak normal. Biasanya untuk melangkah ke depan, orang berjalan maju. Binatang juga melakukan hal yang sama. Tapi kepiting berbeda. Sesuatu yang berbeda pasti punya alasan khusus yang menyebabkannya. Menurut penelitian, di otak kepiting juga terdapat tempat dimana kotoran berada. Bayangkan, otak tempat segala akal pikiran berada, harus berbagi tempat dengan, maaf, tahi (kotoran). Tidak heran, binatang ini jalannya menyimpang.

Apakah ada sesuatu yang menyimpang di dalam hidup anda juga? Cobalah belajar dari binatang ini. Banyak hal-hal kotoran di dalam pikiran kita. Tentu saja itu harus dibuang. Bukan justru kita pelihara. Itu sebabnya Paulus ingatkan dalam 2 Korintus 10:5, "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus". Anda tahu, siasat itu ada di dalam otak manusia. Tentu saja halnya berbeda jika anda memilih hidup dengan kotoran di dalam kepala.

Bersih Luar Dalam

Dimana-mana, di mall, fasilitas umum, kantor, rumah sakit, bandara, kita sering jumpai poster bertuliskan "JAGALAH KEBERSIHAN". Tetapi dimana-mana pula, dimana tanda itu berada, banyak orang membuang sampah seenaknya dan berperilaku jorok.

Memang tidak gampang bicara soal kebersihan. Itu menyangkut perilaku. Dan kita harus tahu bahwa perilaku itu dikontrol oleh nilai-nilai yang ada di dalam diri setiap orang (inner values). Jika nilai-nilai kebersihan itu hidup di dalam diri manusia, maka tanpa papan peringatan-pun, perilakunya sudah mempraktekan kebersihan.

Ada satu jenis kebersihan lain yang firman Tuhan ingatkan. Seringkali kita juga terjebak di dalamnya. Kita lebih mengutamakan kebersihan fisik, yang tampak di luar dan terlihat orang lain, untuk mengejar pujian dan atau motivasi yang tidak benar; disaat yang sama, mengabaikan kebersihan 'di dalam' yang tidak terlihat, yang sebetulnya jauh lebih utama dan penting. Itu sebabnya, secara keras Yesus ingatkan hal ini agar kita jangan munafik. Terlihat seperti malaikat tetapi hatinya penuh dengan kejahatan. Mat 23:28 menuliskan, "Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan".

Duren: Baik atau Buruk?

Duren? Siapa yang tidak kenal buah ini. Enak dan lezat rasanya. Tapi apakah kesukaan kita akan buah ini sebanding dengan pengetahuan kita tentang 'betapa jahatnya ia' Buah duren akan mematok tingkat kolesterol anda langsung pada level maksimal yang jika anda tidak kuat, bisa menyebabkan stroke bahkan langsung stop ! Saya ingat firman Tuhan bahwa kita harus berjaga-jaga, termasuk di dalam segala keinginan daging. Segala yang tidak terkontrol, berlebihan dan nyata-nyata merusak kesehatan, seharusnya menjadi indikator kita untuk tidak bertindak memuaskan apa yang daging sukai. Mat 26:41 mengatakan "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Kalau apa yang ada di depan kita itu adalah sesuatu yang jahat dan tidak menghasilkan kebaikan, maka seharusnya kita bertindak untuk tidak memberi respon kepadanya. Itu sebabnya kita perlu berjaga-jaga. Orang yang berjaga-jaga selalu waspada. Di dalam dirinya ada sikap atau filter, maka yang boleh dan mana yang tidak. Betul kata iklan, "Tidak semua yang enak itu, sehat !" Baik bagi jasmani terlebih bagi rohani. Apa yag enak bagi daging, belum tentu enak bagi roh. Marilah kita mengejar hal-hal rohani saja.

Menari


Pernahkan mendengar orang yang menari dalam Tuhan, didiskreditkan? Ya. Perilaku itu dialamatkan kepada Daud oleh isterinya sendiri. Tahu kenapa? Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya. (2 Sam 6:16). Daud bersukacita karena Tuhan. Pengalaman dengan Tuhan, seperti Daud alami, adalah pengalaman di wilayah yang sangat pribadi. Itu sebabnya ekspresinya juga sangat personal bahkan emosional, yang seringkali tidak bisa dirasakan oleh orang lain yang menyaksikannya.


Seringkali kita juga mendapat celaan yang sama, dari sesama orang Kristen sendiri, yang hanya karena perbedaan teologi, doktrin, menghakimi sesuatu yang bersifat pribadi. Mungkin kita pernah melakukannya. Kata-kata sesat menjadi hakim yang ganas. Seolah-olah kita memahami betul kebenaran dan menjadikan pikiran kita secara sepihak menilai pengalaman pribadi orang lain. Kita lupa, ketika pengalaman itu membawa hubungan seseorang ternyata makin dekat dengan Tuhan, maka sebetulnya, kita tidak sedang menghakimi manusia, melainkan Tuhan ! Jadi, berhati-hatilah.